Sabtu, 06 Mei 2017

Battle of Badar "Perang Badar": Perang Pertama Kaum Muslimin

Battle of Badr
Sabtu,Malam Minggu, 6 Mei 2017
9 Sya'ban 1438 H
oleh : Ust. Yusuf Sochiro 
di Masjid Baitul Maal PKN STAN, Bintaro V, Tangsel

Sekilas dapat jarkoman ini, MasyaAllah langsung tergerak buat dateng. *nggakbiasabiasanya* 
mungkin itu yang namanya hudaa-nya Allah. Petunjuk. 
Mungkin juga, Allah sudah sering kasih petunjuk itu ke aku, kita, kamu, semuanya,tapi diri ini saja yang slow respon. hedeuuh. 

oke, jangan baper. 

Kali ini, shiroh nya  tentang suatu war battle Badr (Perang Badar). 

Apa sih Perang Badr? 


Perang yang dilakukan pertama kali oleh orang Muslim, di Badar. Kejadian ini terjadi pada 17 Ramadhan, 2 H (dua tahun setelah Nabi dan pengikutnya hijrah ke Madinah)

Seperti yang kita tahu, umat Islam mengalami intimidasi, kesulitan, dan duka setelah meninggalkan kampung halaman mereka di Mekah ( Meninggalkan harta dan keluarga di sana). Qodarullah, Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa kafilah dagang Abu Sufyan berada di jalan dari Syam. Rasulullah mengincar mereka dan berencana untuk menghadangnya. Hal ini diperbolehkan karena:


  • Orang-orang kafir Quraisy statusnya adalah kafir harbi, yaitu orang kafir yang secara terang-terangan memerangi kaum muslimin, mengusir kaum muslimin dari tanah kelahiran mereka di Mekah, dan melarang kaum muslimin untuk memanfaatkan harta mereka sendiri.
  • Tidak ada perjanjian damai antara kaum muslimin dan orang kafir Quraisy yang memerangi kaum muslimin.



Para sahabat Muhajirin dan Anshar pun berkumpul dan bersiaga melakukan penyergapan. Namun rencana dan persiapan matang bukanlah sesuatu yang pasti terjadi. Manusia sekelas Rasulullah ﷺ pun hanya mampu berencana, namun Allah ﷻ melakukan apa yang Dia kehendaki. Penyergapan gagal. Kafilah dagang yang dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb berhasil melarikan diri. Malah Quraisy berbalik melakukan persiapan matang untuk berperang. Mereka hendak memberi pelajaran kelompok kecil kaum muslimin agar orang-orang se-Jazirah Arab jangan pernah meremehkan Quraisy. Begitu kata Abu Jahal.
Nabi ﷺ bersama para sahabatnya keluar dari Madinah pada tanggal 12 Ramadhan tahun 2 H. Beliau ﷺ tidak mewajibkan setiap kaum muslimin untuk ambil bagian menuju Badar. Karena keberangkatan ini hanya bertujuan menyergap kafilah Quraisy bukan untuk berperang. Hanya untuk menghadang kafilah yang membawa 1000 onta, 50.000 dinar emas, dan hanya dijaga oleh 40 orang. 


Mulai Perang

Muhammad memimpin pasukannya sendiri dan membawa banyak panglima utamanya, termasuk pamannya Hamzah dan para calon Kalifah pada masa depan, yaitu Abu Bakar, Umar, dan Ali. Kaum Muslim juga membawa 70 unta dan 3 kuda, yang berarti bahwa mereka harus berjalan, atau tiga sampai empat orang duduk di atas satu unta 
    Disini, Rasulullah SAW yang saat itu berumur 55tahun, tetap bersikeras mendapat giliran berjalan ketika 2-3 orang berada di atas unta. Rasulullah, seorang Rasul yang sudah dijamin masuk surga, masih mengorbankan dirinya demi jihad dan mengharapkan ridho Allah Swt. Beliau juga tidak mau dianggap lemah. MasyaAllah. 
Perintah berperang ini dapat ditemukan di QS. At Taubah:36
Dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya (kaffah) sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. 
Di QS. Al Hajj:39 , Allah juga membolehkan :
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar menolong mereka itu, 
" Waqootiluu fi sabilillahil ladzina yuqotilunakum walaa ta'taduu, inna Allaha la yuhibbul mu'tadiin.."
" Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian tetapi jangan me-lampaui batas, sungguh Allah tidak menyukai orang2 yang melampaui batas" (Al baqarah : 218)

Nah, ketika kafilah dagang Quraisy Mekkah mendekati Madinah, Abu Sufyan mulai mendengar mengenai rencana Muhammad untuk menyerangnya. Ia mengirim utusan untuk memperingatkan kaumnya dan mendapatkan bala bantuan. Segera saja kaum Quraisy Mekkah mempersiapkan pasukan sejumlah 900-1.000 orang untuk melindungi kelompok dagang tersebut. Banyak bangsawan kaum Quraisy Mekkah yang turut bergabung, termasuk di antaranya Abu Jahal, Walid bin Utbah, Sya'ibah bin Rabiah, dan Umayyah bin Khalaf.

Cemas
Rasulullah mulai cemas dan khawatir terhadap keteguhan dan semangat shahabat. Beliau sadar bahwa pasukan yang akan beliau hadapi kekuatannya jauh lebih besar dari pada kekuatan pasukan yanng beliau pimpin. Oleh karena itu, tidak heran jika ada sebagian shahabat yang merasa berat dengan keberangkatan pasukan menuju Badar. Allah gambarkan kondisi mereka dalam firmanNya,
“Sebagaimana Tuhanmu menyuruhmu pergi dari rumahmu dengan kebenaran, padahal sesungguhnya sebagian dari orang-orang yang beriman itu tidak menyukainya.” (Qs. Al Anfal: 5)
Sementara itu, para komandan pasukan Muhajirin, seperti Abu Bakr dan Umar bin Al Khattab sama sekali tidak mengendor, dan lebih baik maju terus. Namun, ini belum dianggap cukup oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau masih menginginkan bukti konkret kesetiaan dari shahabat yang lain. Akhirnya, untuk menghilangkan kecemasan itu, beliau berunding dengan para shahabat, meminta kepastian sikap mereka untuk menentukan dua pilihan: (1) tetap melanjutkan perang apapun  kondisinya, ataukah (2) kembali ke madinah.
Majulah Al Miqdad bin ‘Amr seraya berkata, “Wahai Rasulullah, majulah terus sesuai apa yang diperintahkan Allah kepada anda. Kami akan bersama anda. Demi Allah, kami tidak akan mengatakan sebagaimana perkataan Bani Israil kepada Musa: ‘Pergi saja kamu, wahai Musa bersama Rab-mu (Allah) berperanglah kalian berdua, kami biar duduk menanti di sini saja.” Kemudian Al Miqdad melanjutkan: “Tetapi pergilah anda bersama Rabb anda (Allah), lalu berperanglah kalian berdua, dan kami akan ikut berperang bersama kalian berdua. Demi Dzat Yang mengutusmu dengan kebenaran, andai anda pergi membawa kami ke dasar sumur yang gelap, kamipun siap bertempur bersama engkau hingga engkau bisa mencapai tempat itu.”
Masya Allah.... Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan komentar yang baik terhadap perkataan Al Miqdad dan mendo’akan kebaikan untuknya.
Sebelum Perang
Sebelum pagi menjelang, Rasulullah menyuruh sahabatnya, Abu Bakar untuk menggantikan tempat tidurnya, sementara Rasulullah dan seorang sahabat keluar dari tenda dan menyusuri jalanan. Di tengah jalan, beliaubertemu seorang kakek tua 
Rasulullah berkata," Kabarkan kami tentang sesuatu yang terjadi di sini, mengenai pasukan  Rasulullah dan pasukan Qurai
sy."
kakek itu tidak langsung menjawab, malah bertanya,"Man antuma (Siapa Kalian? Darimana kalian berdua?)
Rasulullah menjawab,"Kabarkan dulu pada kami, baru setelah itu, kami akan mengabarkan kepadamu."
Kakek itu menjawab.: "Pasukan muslimin dan quraisy sudah sedari tadi berangkat, harusnya mereka sudah sampai (Kakek itu tidak tau pasti tentang keberadaan tenda kaum muslimin dan quraisy)
Rasulullah bertanya lagi: berapa ekor unta yang kaum quraisy makan?
Kakek menjawab: Mereka menyembelih sekitar 9 atau 10 onta (disinilah, Rasulullah tau jumlah lawannya, karena 1 onta biasanya dipotong untuk 100 orang, 10 x 100 = 1000 quraisy)
Rasulullah: (menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Kakek)" Nahnu minal maa' (kami berasal dari air)". Setelah itu, beliau ngacir/ kabur dari pertemuannya dengan kakek. 
Rahmat Allah
Adalah suatu nikmat dan rahmat Allah, Allah menolong hamba-hambaNya yang jihad di jalan-Nya dengan ikhlas. Oleh sebab itu, Allah membuat hujan deras yang ditimpakan pada kaum quraisy sementara kaum muslimih diberi hujan rntik-rintik yang cukup membuat mereka segar. Sementara itu, hujan yang diturunkan kepada kaum Quraisy, malah menyebabkan mereka sulit tidur karena hujan begitu deras dan membuat mereka sulit berjalan. 
Dan ketika perang, kaum muslimin segar bugar karena cukup tidur . Mereka, yang berjumlah 312 (313-1, -1 yaitu Rasulullah karena beliau tidak ikut berperang, beliau hanya memberi strategi perang )
Strateginya diantaranya:
1. Membelakangi sumur, sehingga musuh tidak bisa mengambil bahan logistik karena sudah dikuasai oleh kaum muslimin
2. Menghadap ke Barat (tidak silau dengan matahari)
3. Berdo'a ke atas langit, hingga jubahnya berkali-kali jatuh. Doa Nabi ialah:
“Ya Allah, penuhilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, berikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau membinasakan pasukan Islam ini, maka tidak ada yang akan beribadah kepada-Mu di muka bumi ini.” (HR. Muslim no 1763).
4. Meluruskan dan merapatkan barisan. seperti yang tertuang dalam QS Saff "innallaha yuhibbulladziina yuqootiluuna fii sabilillahi soffaan" (merapatkan barisan)
Ketika Perang
MasyaAllah, Allah menolong kaum muslimin tidak hanya dengan hujan. Kaum muslim yang berjumlah 312 orang, dibantu perangnya oleh malaikat-malaikat Allah, yang mana ketika orang kafir meninggal di tebasan malaikat, terlihat di leher orang kafir itu: gosong, berwarna hitam dengan semua tanggannya putus (balasan bagi orang yang memerangi agama Allah).
Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman”. Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya.” (Qs. Al Anfal: 12-13
Setelah selesai perang, banyak ditemukan saudara kaum muslimin yang dibunuh oleh malaikat sehingga hal itu tidak mempengaruhi psikis saudara muslimini karena membunuh saudaranya sendiri. 
Ketika perang, Ada tiga penunggang kuda yang handal dari kaum Musyrikin. Ketiganya berasal dari satu keluarga. 
Syaibah bin Rabi’ah, Utbah bin Rabi’ah, dan anaknya Al Walid bin Utbah. 
Kedatangan mereka ditanggapi 3 pemuda Anshar, yaitu Auf bin Harits, Mu’awwidz bin Harits, dan Abdullah bin Rawahah. Namun, ketiga orang kafir tersebut menolak adu tanding dengan tiga orang Anshar dan mereka meminta orang terpandang di kalangan Muhajirin.(kebiasaan orang Quraisy: melawan orang yang kedudukannya SAMA)
 Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan Ali, Hamzah, dan Ubaidah bin Harits untuk maju. Ubaidah berhadapan dengan Al Walid, Ali berhadapan dengan Syaibah, dan Hamzah berhadapan dengan Utbah. Bagi Ali dan Hamzah, menghadapi musuhnya tidak ada kesulitan. Lain halnya dengan Ubaidah. Masing-masing saling melancarkan serangan, hingga masing-masing terluka. Kemudian lawan Ubaidah dibunuh oleh Ali radhiyallahu ‘anhu. Atas peritiwa ini, Allah abadikan dalam firmanNya, 

“Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Rabb mereka (Allah)…” (Qs. Al Hajj: 19)
Setelah Perang


Perang itu dimenangkan oleh kaum muslimin. Dan karena 3 anggota keluarganya dibunuh, saudaranya Utbah yaitu Hindun, dendam dengan kaum muslimin. Bagaimana tidak dendam, BAPAKnya, PAMANnya dan SAUDARA laki-lakinya dibunuh oleh kaum muhajirin. 
 Pasukan kaum muslimin berhasil membunuh dan menangkap beberapa orang di antara mereka. Ada tujuh puluh orang kafir terbunuh dan tujuh puluh yang dijadikan tawanan. Sementara dari kaum muslimin, 8 golongan anshar dan 6 golongan anshar  syahid.
Demikianlah perang badar, pasukan kecil mampu mengalahkan pasukan yang lebih besar dengan izin Allah. Allah berfirman,
“…Betapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Qs. Al Baqarah: 249)
Hikmahnya:
1. Allah dan malaikatNya akan menolong orang-orang yang beriman dan berjihad di jalanNya
2. Jika mencari informasi, jadilah seperti Rasulullah, yang bertanya:
a. to the point
b. cari informasi sendiri agar valid
c. menjawab dengan cerdas/ hati-hati
3. Kesetiaan pada Islam dan pelepasan diri dari kaum Quraisy (akidah al Wala' wal Bara')
4. Perang ini dikenal dengan Perang Pembeda (furqon), pembeda antara yang benar dan salah.
Comments


EmoticonEmoticon