Jumat, 25 September 2020

Cerita Lahir Anak Pertamaku, Halwa Alula Syakiyrah – Part 1

Alhamdulillah, sejak awal kehamilan aku sudah mencari informasi tentang hamil, melahirkan, menyusui. Bahkan insight soal pendidikan anak ke depannya juga sudah mulai gencar mencari informasi dari sumber terpercaya beserta pengalaman dari bunda-bunda lainnya.

Sebab, menurutku, siapa lagi yang menyediakan nutrisi terbaik kalau bukan ibunya? siapa lagi kalau bukan ibunya yang mendidik anaknya nanti? Siapa yang disalahkan jika nauzubillah anaknya kenapa-napa? Siapa yang DITANYA oleh Penciptanya kalau bukan orangtua (terutama ibunya)?

Maka dari itu,sebelum mencari informasi, aku membuat 1 folder dulu di HP. Judulnya “hamil” :D

Taraaa! Ada catatan pertama oktober 2018 (haha rajin)

Catatan itu tentang tanda-tanda implamantasi saat hamil, tips hamil kembar (sempat ingin kembar seperti sepupu tapi qodarullah Allah tau yang terbaik), daftar dokter di Tangerang selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat), makanan yang baik bagi ibu hamil, kemudian pendapat ibu hamil di grup dan sebagainya banyak banget. Singkat cerita, alhamdulillah Allah amanahkan garis dua di Hari Raya Idul Adha 2019.

 Dan perjalanan sebagai ibu hamil dimulai. Trimester pertama, biasa aja. Mual muntah nggak pernah. Semuanya dimakan. Obat dari bidan yaitu kalsium dan zat besi ludes diminum. Kontrol USG sebulan sekali, kontrol di bidan seminggu sekali. Memasuki trimester kedua, perut sudah kelihatan memblendung. Semua makanan dan minuman sehat dikonsumsi. Alhamdulillah, mertua, suami, dan orang kantor pengertian. Hampir semua makanan ditawari. Sampe eneg :D Memasuki trimester ketiga, CD sering basah. Aku sudah konsultasi ke bidan dan katanya coba di USG. Kata dokter, ketubannya agak kelebihan, jadi perlu dikontrol minggu depan. 
“Waduh kelebihan, Dok? Berarti saya nggak boleh banyak minum?” Tanyaku pada dokter.

“Bukan karena minum, Bu. Mungkin memang bayinya sering kencing di dalam.”

“Lha, Dok, itu nggak papa?”

“InsyaAllah  nggakpapa. Nanti rutin cek aja.”

Dan akhirnya, kami pulang. Namun, sebagai ibu yang peduli dengan kesejahteraan si bayi, aku mencari tau dari pengalaman ibu-ibu di grup. Ini pengalaman pertama dari sejarah penggalian informasi, bahwa bayi bisa terlalu banyak kencing! Hehe ada-ada saja, ya. Gemess klo ingat hal itu.

Nah, di grup facebook, aku search curhatan terkait “ketuban”. Aku menemukan beberapa tulisan di postingan "memperbanyak ketuban bisa diusahakan dengan banyak minum dan minum air kelapa". Lha kan, bener!!! Batinku saat itu. Akhirnya aku coba mengurangi minum harian. Ketika kontrol lagi, alhamdulillah dokter bilang sudah cukup ketubannya. Karena kekhawatiranku soal ketuban ini, aku cek juga di dokter lain, beliau bilang ketuban masih cukup alhamdulillah.

Memasuki 8 bulan, aku mulai yoga mengikuti bidan-bidan bersertifikat nasional. Kelas yoga, youtube, ig live, semua diikuti. Cuma satu saran yang nggak kuikuti: makan durian dan nanas. Ummiku bilang, jangan makan makanan itu, takut panas. Padahal, dari kelas yang kuikuti, ada beberapa bumil yang berhasil, tapi ya sudahlah pakai cara alami lainnya saja. Sebab pada minggu ke 38 ini, banyak bayi sudah ingin keluar di minggu ini. Namun, aku masih berusaha merangsangnya secara alami, missal jalan kaki dan yoga. Aku yakin, setiap bayi ada jalan lahirnya masing-masing. Usaha normal boleh, namun Allah tetap penentu terbaik, kan? Jika memang nanti takdirnya operasi, kita harus sama-sama menerima demi kesehatan ibu dan bayinya. Saat minggu ke-38 itu, aku rutin kontrol USG untuk memantau kecukupan ketuban, posisi janin, dan detak jantung. Alhamdulillah semua masih memberikan kabar baik. Tinggal menunggu sinyal dari bayi.

Kelanjutan ceritanya ada di next post, ya!


#ceritalahir #birthstroy #ceritahamilanakpertama #ceritahalwa

Comments


EmoticonEmoticon